“Vitamin D”

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  LATAR BELAKANG

Calciferol merupakan nama yang umum digunakan untuk vitamin D, termasuk komponen yang berada didalamnya. Adapun sumber utama vitamin D adalah minyak hati ikan. Vitamin D merupakan suatu vitamin yang dapat larut dalam lemak, vitamin D dibutuhkan untuk absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal, untuk mempertahankan keseimbangan kalsium-fosfat dan pada pembentukan gigi dan tulang. (3,16)

Metabolisme kalsium, fosfor dan Vitamin D saling berhubungan. Efek dari variasi antara intake kalsium, fosfor dan Vitamin D pada skeletal dan struktur gigi dipengaruhi oleh sejumlah faktor lain seperti fungsi parathyroid, adanya karbohidrat, lemak dan zat organik seperti stronsium dan berilium, dan juga umur. Defisiensi Vitamin D dan atau ketidakseimbangan intake kalsium-fosfor mengakibatkan ricketsia lebih banyak pada anak dan osteomalacia pada orang dewasa. (3)

Telah terbukti kuat bahwa kebutuhan akan kalsium dan Vitamin D yang optimal tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan tulang postcranial kita tetapi juga  memiliki banyak manfaat lain bagi kesehatan kita. Banyak artikel menunjukkan bahwa defisiensi Vitamin D dan kalsium berakibat pada kerapuhan tulang dan meningkatkan inflamasi, yang sudah diketahui sebagai gejala penyakit periodontal. (11)

Defisiensi Vitamin D dengan diet kalsium dan fosfor yang normal pada anjing ditandai oleh adanya osteoporosis tulang alveolar pada penilaian bentuk tulang yang normal, tetapi sisanya tidak berkeratinisasi, kegagalan meresorbsi osteoid, petunjuk adanya akumulasi yang berlebihan, pengurangan lebar ruang periodontal, nilai normal pada pembentukan sementum tetapi terjadi kerusakan kalsifikasi dan resorbsi sementum dan resorbsi pada susunan pertumbuhan tulang alveolar. (3)

Binatang yang mengalami osteomalacia terjadi dengan cepat, umumnya keparahan resorbsi osteoklastik tulang alveolar, proliferasi fibroblast yang menggantikan tulang, dan pembentukan tulang baru dari sisa tulang trabekula yang tidak diresorbsi. (3)

Pada Vitamin d defisiensi kalsium dengan diet normal fosfor, tulang umumnya mengalami resorbsi rahang, perdarahan fibro-osteoid pada sum-sum tulang dan destruksi ligamentum periodontal. vitamin d dan fosfor defisiensi dengan diet normal kalsium terjadi perubahan pada rachitis yang ditandai oleh endapan osteoid. (3)

selama lebih dari 40 tahun, para peneliti mengungkapkan bahwa kebutuhan akan kalsium berkaitan erat dengan resorbsi tulang alveolar, dan kini sudah banyak penelitian dimana para peneliti telah mengungkapkan bahwa kalsium dan Vitamin D sangat bermanfaat bagi kesehatan periodontal dan telah terungkap bahwa defisiensi kalsium bisa menjadi faktor bagi timbulnya penyakit periodontal. (11)

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kalsium dan Vitamin D merupakan tambahan penting terhadap perawatan standar untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit periodontal. (11)

 

 

 

 

 

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah :

Menjelaskan sejauh mana Vitamin D dan kalsium dapat berpengaruh terhadap periodontitis, baik pengaruh yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D maupun defisiensi kalsium.

1.3  METODE PENULISAN

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penyusunan berdasarkan studi pustaka, meliputi sejumlah buku, literature, serta laporan-laporan penelitian yang dituangkan dalam tulisan yang berbentuk jurnal yang dapat memberikan keterangan serta penjelasan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GAMBARAN UMUM JARINGAN PERIODONTAL

Jaringan periodontal adalah jaringan lembut yang mengelilingi leher gigi, yang berfungsi memberikan dukungan pada gigi sehingga dapat berdiri tegak. (1)

Jaringan periodontal terdiri dari empat komponen yaitu gingival, ligamentum periodontal, sementum dan tulang alveolar. (3)

  1. A.    Gingiva

Gingiva merupakan bagian dari mukosa oral yang menutupi processus alveolar rahang dan mengelilingi leher gigi. (1,3,7)

Secara klinis gingiva terbagi atas :

  1. Marginal gingival ( unattached gingiva ).

Marginal gingiva adalah bagian tepi gingiva yang mengelilingi cervix gigi dan berbatasan dengan attached gingiva yang dibatasi oleh suatu garis yang dangkal kurang lebih 1 mm yang disebut sebagai “free gingiva groove” dan merupakan dinding disulcus gingiva. (3,7)

  1. Attached gingiva

Attached gingiva merupakan lanjutan dari marginal gingiva. Attached gingiva padat, kenyal dan melekat pada periosteum dan tulang alveolar dibawahnya.lebar dari attached gingiva bervariasi dari 1-9 mm. lebar attached gingiva dapat bertambah dengan bertambahnya umur dan pada gigi yang supra erupsi. (3,7)

 

  1. Interdental papilla

Interdental papilla mengisi embrasure gingiva, yang merupakan ruang interproksimal dibawah daerah kontak gigi. Biasanya terdiri dari dua papilla, satu sebelah fasial dan satu sebelah lingual dan col. Setiap papilla interdental berbentuk piramid, permukaan facial dan lingual meruncing kedaerah kontak interproksimal, sedangkan permukaan mesial dan distal berbentuk sedikit konkaf. (3,7)

Vaskularisasi

Vaskularisasi gingiva berasal dari tiga sumber :

  1. Arteriole supraperiostel, sepanjang permukaan bukal dan lingual dari tulang alveolar, dari kapiler-kapiler terus berjalan kesulcus ephitelium dan diantara rete peg pada permukaan luar gingiva.
  2. Pembuluh darah dari ligamentum periodontal, meluas kegingiva dan membentuk anastomose dengan kapiler-kapiler didaerah sulcus gingiva.
  3. Arteriole, yang muncul dari crest septum interdental dan berjalan parallel kecrest tulang untuk beranastomose dengan pembuluh darah dari ligamentum periodontal. (3,7)

Inervasi

Inervasi gingiva berasal dari nervus-nervus pada ligamentum periodontal dari nervus labialis, nervus bukalis dan nervus palatinus. (3,7)

  1. B.     Ligamentum periodontal

Ligamentum periodontal adalah jaringan ikat lunak yang mengelilingi akar gigi dan menghubungkan sementum dan tulang alveolar. Ligamentum periodontal berlanjut dengan jaringan ikat gingiva dan berhubungan jaringan sumsum melalui saluran-saluran vaskuler didalam tulang. (1,3,7)

Serat utama ligamentum periodontal terdiri atas :

  1. Kelompok transeptal, yang berjalan secara interproksimal diatas alveolar crest dan melekat pada sementum gigi. (3,7)
  2. Kelompok alveolar crest, yang berjalan miring dari sementum tepat dibawah junctional epithelium kealveolar crest. (3,7)
  3. Kelompok horizontal, serat ini berjalan dari sudut-sudut sebelah kanan as gigi dari sementum ketulang alveolar. (3,7)
  4. Kelompok oblique, serat ini merupakan kelompok yang terbesar dari ligamentum periodontal, berjalan dari sementum dalam arah coronal berjalan miring kearah tulang. (3,7)
  5. Kelompok apical, menyebar dari sementum ketulang alveolar pada dasar socket gigi. Kelompok serat ini tidak ditemukan pada gigi yang belum terbentuk sempurna. (3,7)

Vaskularisasi

Vaskularisasi ligamentum periodontal berasal dari arteri alveolaris superior  dan inferior. Dan dari ligamentum periodontal yang berasal dari  tiga sumber :

–          Dari pembuluh darah apikal

–          Yang masuk melalui tulang alveolar

–          Anastomose pembuluh darah dari gingiva. (3,7)

Inervasi

Ligamentum periodontal dipersarafi oleh serabut-serabut saraf sensorik yang bisa menghantarkan rangsang sakit, tekan dan raba dari nervus trigeminus. Bundel saraf tersebut masuk keligamentum periodontal dari daerah periapikal dan melalui lubang-lubang dari tulang alveolar. (3,7)

  1. C.    Sementum

Sementum merupakan substansi yang mengalami kalsifikasi yang mengelilingi akar gigi. Adapun distribusi, struktur dan karakteristik sementum lebih bervariasi dari enamel atau dentin. (1,3,7)

Secara mikroskopis, dikenal dua tipe sementum : sementum aselullar ( primer ) dan sementum selullar ( sekunder ). Kedua tipe ini terdiri dari matriks yang terkalsifikasi yang berisi serat-serat kolagen yang berjalan paralel pada permukaan gigi. (3,7)

Selama pembentukan gigi, ketika sementum terbentuk, serat-serat kolagen menyatu didalamnya, ini dikenal sebagai serat-serat sharpey. Adapun pertambahan besar, jumlah dan distribusi dari serat-serat sharpey seiring dengan pertambahan fungsi oklusal. (3,7)

Adapun fungsi sementum adalah mengikat gigi ketulang alveolar yaitu dengan adanya serat-serat utama ligamentum periodontal yang tertanam didalam sementum. (3,7)

D. Tulang Alveolar

Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung gigi dalam socketnya. (1,3,7)

Tulang alveolar dibagi dalam dua bagian berdasarkan fungsi adaptasinya :

  1. Alveolar bone proper

Alveolar bone proper ini adalah lapisan tulang yang mengelilingi akar gigi dan sebagai tempat perlekatan ligamentum periodontal. (3,7)

  1. Supporting alveolar bone

Adalah bagian tulang alveolar yang mengelilingi alveolar bone proper dan memberi dukungan pada socket. (3,7)

Kontur tulang alveolar sesuai dengan ketinggian dan posisi akar. Ketinggian dan ketebalan permukaan facial dan lingual tergantung dari posisi gigi, bentuk dan ukuran gigi. (3,7)

Vaskularisasi

Vaskularisasi tulang alveolar berasal dari cabang-cabang arteri alveolaris superior dan inferior. Arteri ini masuk keseptum interdental melalui lubang kecil bersama-sama dengan pembuluh darah, saraf dan limphe. (3,7)

Pembuluh-pembuluh darah kecil yang berasal dari permukaan facial dan lingual compact bone juga masuk kesum-sum tulang dan spongy bone. (3,7)

2.2  PERIODONTITIS

Periodontitis merupakan suatu radang pada jaringan gingiva yang menyebabkan kehilangan attachment ligamentum periodontal dan jaringan pendukungnya. Dengan hilangnya attachment secara progressif, kerusakan yang signifikan pada ligamentum periodontal dan tulang alveolar dapat terjadi. (18)

2.2.1        Klasifikasi Periodontitis

Klasifikasi periodontitis tahun 1999 ini diperoleh dari American Academi of Periodontology ( AAP ). klasifikasi ini telah mengalami revisi yang signifikan dari klasifikasi yang sebelumnya. (18,20)

Adapun perubahan dari sistem klasifikasi periodontal yaitu :

A. Perubahan dari “Adult Periodontitis” Menjadi “Chronic Periodontitis”

Prevalensi penyakit periodontal ini yang dilaporkan bervariasi tergantung pada kriteria (kedalaman poket atau tingkat clinical attachment dan jumlah gigi yang terlibat), tetapi  umumnya diketahui bahwa 8-13% diAmerika utara kehilangan tulang periodontal. Adulth periodontitis ini biasanya menyerang diatas usia 35 tahun; dimana sekitar 18% dari populasi ini kehilangan tulang periodontal. (18,20)

Chronich periodontitis mempunyai karakteristik  kebanyakan menyerang  orang dewasa, tetapi dapat pula dilihat pada orang lebih muda. kerusakan yang konsisten  ditimbulkan oleh  jumlah plak  dan faktor-faktor lokal lain (anatomi dan faktor lain berupa timbunan plak pada gigi seperti restorasi overhanging, kontak terbuka dan palato-radikular groove); kalkulus subgingival juga biasa ditemukan. umumnya perkembangan penyakit ini lambat tetapi kerusakan bisa terjadi secara mendadak. sebagai tambahan, tingkat kemajuan penyakit dapat dimodifikasi oleh faktor lokal, penyakit sistemik dan faktor ekstrinsik seperti merokok. (18,20)

Chronic Periodontitis telah digolongkan lebih lanjut  seperti dilokalisir atau disamaratakan tergantung pada apakah < 30% atau > 30% lokasi dilibatkan. Beratnya penyakit ini tergantung pada jumlah kehilangan attachment klinik (CAL) dan ditunjukkan seperti ringan (1-2 mm CAL), sedang ( 3-4 mm CAL) atau berat ( > 5 mm CAL). (20)

B. Pemisahan dari “Refractory Periodontitis” Menjadi Kesatuan Tersendiri

 

Refractory Periodontitis merupakan kelanjutan dari kehilangan attachment  kendati diberikan perawatan adequat dan proper oral hygienis. Banyak faktor nampak berhubungan dengan kurangnya respon untuk terapi periodontal, mencakup luas penyakit sebelum terapi, jenis terapi yang diberikan (non bedah atau bedah, dengan atau tanpa antibiotik, dan lain-lain), jenis gigi dan keterlibatan furkasio, spesies dan berat microflora, derajat respon host (respon immun particular), dan apakah pasien merokok atau tidak. (20)

Istilah recurrent periodontitis digunakan untuk mengindikasikan kambuhnya periodontitis dan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. yang berpotensi, pasien yang pernah mengalami periodontitis dapat berkembang menjadi recurrent periodontitis jika oral hygienis tidak diberi perawatan yang adequat. akumulasi dari dental plak menyebabkan oral hygienis jelek atau ketidak-rutinan debridement periodontal berperan untuk perkembangan recurrent periodontitis. (20)

C. perubahan dari “Early-Onset periodontitis” menjadi “aggressive periodontitis”

 

Merupakan format penyakit periodontal yang berbeda dengan chronic periodontitis. Pada penggolongan tahun 1989 , pasien ditempatkan pada kategori early-onset dimana penyakit ini memperlihatkan kehilangan attachment yang signifikan dengan faktor lokal lebih kecil (plak dan kalkulus) dan diatas usia 35 tahun. sebenarnya penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang-orang di bawah usia 35 tahun, tetapi dapat pula mempengaruhi pasien lebih tua. The workshop participants menyimpulkan bahwa istilah early-onset periodontitis yang bersifat membatasi sehingga direkomendasikan menjadi “aggresive periodontitis”. (20)

Aggresive Periodontitis merupakan subkategori yang dilokalisir dan digeneralisasikan untuk menggantikan lokalisasi dan generalisasi juvenile periodontitis. Penggolongan serupa dengan chronis periodontitis dalam hal jumlah gigi yang terlibat dan beratnya kehilangan attachment. (20)

  1. D.    Subklasifikasi lebih lanjut “periodontitis sebagai manifestasi dari penyakit sistemik”

 

Penyakit sistemik juga mempengaruhi fungsi immun, respon penyebab radang dan kumpulan jaringan serta memodifikasi perkembangan dan serangan semua penyakit periodontal. pada tahun 1989 penggolongannya diperluas meliputi subkategori untuk penyakit hematologi (acquired neutropenia, leukemia dan lainnya) penyakit genetic ( familial dan cyclic neutropenia, down sindrom, adhesi leukosit defisiensi sindrom, papillon lefevre sindrom, chediak higashi sindrom, histiocytosis, sindrom, penyakit pada penyimpanan glikogen  infantil genetic agranulocytosis, cohen sindrom ehlers danlos sindrom tipe IV dan VIII, hypophosphatasia dan lainnya) dan penyakit lainnya ” yang belum ditetapkan.” Kategori ini menyatakan  bahwa penanganan penyakit periodontal harus dilaksanakan bersamaan dengan penanganan penyakit yang sistemik. (20)

 

  1. E.     Perubahan dari “necrotizing ulcerative periodontitis” menjadi “necrotizing periodontal disease”

 

 

Kategori meliputi necrotizing ulcerative gingivitis (NUG) dan necrotizing ulcerative periodontitis (NUP). kedua-duanya nampak berhubungan mengurangi perlawanan sistemik pada infeksi bakteri dan hanya berbeda dalam hal kaitannya dengan jaringan, dimana necrotizing ulcerative periodontitis meluas ke dalam  attachment periodontal. (20)

  1. F.     PENAMBAHAN KATEGORI UNTUK “PERIODONTAL ABSES” DAN “PERIODONTITIS-ENDODONTIC LESION””eriodontitis-endodontic lesion”si dari penyakit sistemik “mi re

Tidak ada perubahan pada definisi penyakit ini; ditambahkan kepada sistem klasifikasi itu. istilah endodontic-periodontic lesion tidaklah berdasarkan pada etiologi awal dari lesi, tetapi hanya memperlihatkan adanya hubungan antara periodontitis dan komponen endodontik. (20)

 

 

 

2.2.2 Etiologi Periodontitis

Faktor etiologi penyakit periodontal dapat digolongkan ke dalam faktor sistemik dan lokal, walaupun efeknya saling berhubungan. faktor lokal adalah yang berada pada daerah sekitar periodontium, sedangkan faktor sistemik adalah yang diakibatkan oleh kondisi umum dari  pasien. (3)

Faktor lokal menyebabkan inflamasi, yang merupakan proses patologik utama pada penyakit periodontal; faktor sistemik memonitor respon jaringan faktor lokal, sehingga efek dari iritan lokal yang mungkin secara dramatis diperburuk oleh kondisi-kondisi sistemik kurang baik. diagram berikut, modifikasi yang dikembangkan itu oleh Bahn, diperlihatkan dalam format bagan peran dari  faktor berbeda:

HOST RESPONSE

SERANGAN                                                                           PERTAHANAN

Produk                                                                                     Kapasitas perbaikan

plak bakteri                                                                                 jaringan

Perlawanan humoral

                                         

 

       Faktor-faktor yang mengganggu keseimbangan

–          Oleh meningkatnya  serangan

Kalkulus

            Kesalahan Dokter Gigi

Impaksi makanan

Pernapasan mulut

–       Oleh menurunnya pertahanan

Faktor sistematis (hormon, nutrisi, genetik dan lain-lain)

Trauma oklusi

 

Disesuaikan dari Bahn, A.: J. Periodontol., 41 :603, 1970

Plak merupakan penyebab  utama dari gingivitis dan periodontitis yang terdapat pada permukaan gigi. Dental plak adalah terdiri atas kumpulan bakteri dan beberapa produk lainnya, kompenen saliva, debris oral dan kadang-kadang epithelial dan inflamasi sel.Adadua hipotesis yang dipertimbangkan sebagai etiologi dari penyakit periodontal :

  1. Organisme plak bakteri spesifik yang bertanggung jawab pada perkembangan beberapa varietas  periodontitis,
  2. 2.     Campuran bakteri yang tidak spesifik dalam plak gigi mampu menyebabkan periodontitis. (9,15)

Adapun variabel jumlah plak dapat dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh, menghasilkan suatu keseimbangan antara pertahanan dan keganasan. Namun keseimbangan ini dapat dirusakkan oleh peningkatan jumlah bakteri atau mengurangi kapasitas pertahanan dari  jaringan. faktor berikut yang menyebabkan akumulasi tanda plak: kalkulus, kesalahan dokter gigi ( restorasi yang tidak adequat ), impaksi makanan, dan pernapasan mulut. (3)

Faktor yang mengurangi kapasitas pertahanan dari jaringan meliputi semua kondisi sistemik yang merusak respon jaringan menjadi iritasi. Mekanisme kerja yang tepat penyakit ini dalam banyak kasus belum jelas.(3)

Perlu juga dipahami dengan jelas bahwa penyakit ini, di samping dapat menyerang  jaringan periodontal. Penyakit. ini juga bisa menyebabkan berbagai akibat lain, yaitu dengan perluasan mukosa oral atau tulang rahang yang berhubungan dengan suatu keterlibatan sistemik. Di dalam kelompok penyakit ini, dimana  kita akan memasukkan “manifestasi periodontal dari penyakit yang lain,” dimana dapat juga ditemukan: herpetik gingivostomatitis; tuberculous, syphilis, dan infeksi-infeksi bakteri lain; kelainan dermatoses; penyakit darah; dan berbagai tumor yang jinak dan ganas.(3)

Faktor sistemik dapat diantisipasi dengan mengurangi perlawanan jaringan pada plak atau dengan memproduksi perubahan dalam dirinya sendiri. Dalam kasus yang terdahulu, suatu penyakit akan menjadi penyakit periodontal; kemudian, akan menjadi suatu manifestasi periodontal dari penyakit systemik tersebut.(3)

Adapun Manifestasi oral yang ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat meliputi timbulnya suatu peningkatan xerostomia  sebagai akibat dari lemahnya fungsi kelenjar saliva, penyakit periodontal, kandidiasis, dan dental karies serta luka yang proses penyembuhannya lama.

            Vitamin D dan kalsium

2.3.1 defenisi vitamin D dan kalsium

A. Defenisi vitamin D